Don Lego, sebuah grup musik asal Bandung yang dikenal konsisten memainkan ska, rock steady, dan reggae tradisional.
Baca juga : Millonarios Fútbol Klub Besar Bogotá
Baca juga : Melly Goeslaw Ratu Soundtrack Indonesia
Baca juga : Bahlil Lahadalia kontroversi Menteri ESDM
Baca juga : Media Alami Kreativitas Anak Bermain Tanah
Baca juga : Kebun Binatang Belajar Bermain Anak
Baca juga : Pemanfaatan Kotoran Hewan Sumber Daya Bernila
Sejak terbentuk pada pertengahan dekade 2000-an, Don Lego menjadi bagian penting dalam perkembangan komunitas ska Indonesia. Meskipun tidak selalu berada di arus utama industri hiburan, mereka berhasil menorehkan rekam jejak yang signifikan melalui karya-karya, pertunjukan, dan dedikasi menjaga roh ska di tanah air.
Dalam industri musik Indonesia, genre populer seperti pop, dangdut, dan rock mendominasi pasar komersial. Namun, di balik sorotan mainstream tersebut, terdapat kelompok-kelompok musik independen yang menjaga keragaman suara dan budaya musik alternatif.
Sejarah dan Asal-usul
Don Lego didirikan di Bandung sekitar tahun 2005. Kota Bandung sendiri dikenal sebagai salah satu pusat kreativitas musik di Indonesia, terutama dalam subkultur alternatif. Lingkungan inilah yang melahirkan banyak band indie lintas genre, termasuk ska dan reggae.
Don Lego hadir dari sekumpulan anak muda yang memiliki kecintaan mendalam terhadap musik Jamaika, khususnya ska dan rock steady. Mereka bukan hanya sekadar memainkan musik yang sedang tren, melainkan mencoba menghadirkan warna klasik dan autentik dari genre tersebut.
Dalam berbagai wawancara dan arsip daring, mereka kerap menyebut diri sebagai bagian dari “third wave ska” Indonesia. Istilah ini merujuk pada gelombang ketiga perkembangan musik ska yang dimulai pada 1980-an hingga 1990-an, di mana ska dipadukan dengan berbagai elemen modern tanpa meninggalkan akar tradisinya.
Formasi Anggota
Seiring perjalanan waktu, Don Lego mengalami beberapa kali perubahan susunan anggota. Namun, pola utama mereka selalu melibatkan kombinasi vokal, gitar, bass, drum, keyboard, serta brass section (saksofon, trombon, dan terompet).
Formasi awal (2005–2010)
- Vokal: Kumbank (alias Roony atau Don Kumbang)
- Gitar: Iyay (Don Iyay)
- Bass: Bois (Don Bois)
- Drum: Irfan (Don Ifan)
- Keyboard: Komenk / Ben’s Herman (Don Herman)
- Saksofon: Aji atau Opick (Don Ofik)
- Trombon: Epul (Don Epul)
- Terompet: Obet (Don Obet) dan Bejo
Formasi ini menghasilkan karakter musik yang kuat, dengan dominasi brass section yang menjadi ciri khas ska.
Formasi menengah (2010–2016)

Memasuki dekade 2010-an, terjadi beberapa rotasi personel. Vokalis sempat mengalami pergantian, dan band bahkan disebut mengalami masa vakum hampir tiga tahun tanpa vokalis tetap.
Formasi terkini (2020–sekarang)
Dalam beberapa penampilan terbaru, susunan anggota mencakup:
- Sir Iyai – gitar, vokal
- Dwi Tanty – vokal
- Viko – saksofon
- Dana – gitar
- Obet – terompet
- Wahyu – drum
- Bois – bass
Perubahan ini menunjukkan fleksibilitas Don Lego dalam menjaga keberlanjutan meski menghadapi dinamika internal.
Diskografi dan Karya
1. Dancing in The Moon (2009)
Album debut Don Lego ini dikerjakan selama dua tahun dan akhirnya dirilis pada 2009. Rilisan ini menandai pencapaian penting setelah lima tahun berproses. Dengan nuansa ska yang kental, album ini memperkenalkan Don Lego kepada publik lebih luas, terutama di komunitas indie Bandung.
2. Melaju Perlahan (2015)
Album kedua ini dirilis setelah jeda cukup panjang. Judulnya mencerminkan perjalanan band yang penuh kesabaran dan konsistensi. Album ini memperkuat identitas mereka sebagai band ska dengan sentuhan rock steady dan reggae.
3. Single dan rilisan digital
Selain album penuh, Don Lego juga merilis sejumlah single yang populer di kalangan penggemar:
- Dance Not Bomb
- Minionska
- Tenang Ada Aku (rilis setelah mereka memiliki formasi baru pasca-vakum vokalis)
Kehadiran rilisan digital melalui platform seperti Spotify memungkinkan mereka menjangkau pendengar di luar komunitas lokal.
Gaya Musik dan Identitas

Don Lego dikenal konsisten dengan genre ska, rock steady, dan reggae tradisional. Beberapa ciri khas musik mereka antara lain:
- Ritme offbeat – pola khas ska yang menekankan ketukan di luar aksen utama.
- Brass section dominan – penggunaan trompet, saksofon, dan trombon memberi warna dinamis.
- Perpaduan ska dan reggae – tempo tidak secepat ska punk, tetapi juga tidak sepelan reggae murni; mereka menemukan keseimbangan antara tarian energik dan groove santai.
- Tema lirik sederhana – sebagian besar lagu mereka mengangkat kisah sehari-hari, persahabatan, percintaan, hingga pesan positif tentang kebersamaan.
Berbeda dengan band ska komersial yang lebih pop, Don Lego menekankan sisi klasik dan komunitarian dari genre tersebut.
Peran di Skena Musik
Kontribusi di Bandung
Bandung dikenal sebagai kota dengan komunitas musik independen yang hidup. Don Lego berperan menjaga eksistensi ska di kota ini, di tengah gelombang musik pop dan indie rock yang lebih dominan. Mereka sering tampil di panggung komunitas, festival, dan acara kampus.
Hubungan dengan komunitas
Don Lego memiliki basis penggemar yang mereka sebut “Antek-antek Don Lego Family”. Istilah ini menunjukkan keintiman antara band dan pendengarnya, khas hubungan band indie dengan komunitas setia.
Penampilan penting
- Smansa Bergoyang (2013, Purwakarta) – tampil sebagai bintang tamu.
- DCDC Pengadilan Musik (2022) – mereka diundang sebagai “terdakwa” untuk mempertanggungjawabkan karya dan eksistensi. Hasilnya, mereka “dibebaskan” dengan rekomendasi agar terus berkarya.
- Southeast Asia Tour (2024) – menunjukkan bahwa kiprah mereka tidak hanya lokal, tetapi juga regional.
Tantangan dan Dinamika
- Keterbatasan pasar
Ska bukan genre populer di Indonesia. Oleh karena itu, peluang komersial Don Lego relatif terbatas. - Pergantian personel
Sejumlah perubahan anggota, terutama vokalis, sempat membuat mereka vakum. Namun, hal ini juga melatih ketahanan band. - Distribusi dan promosi
Sebagai band indie, Don Lego harus mandiri dalam produksi, promosi, dan distribusi. Media sosial menjadi senjata utama mereka. - Relevansi dengan generasi baru
Menjaga agar musik ska tetap menarik bagi anak muda di era dominasi musik digital adalah tantangan besar.
Analisis Profesional
Secara profesional, Don Lego dapat diposisikan sebagai:

- Pionir ska Bandung modern – salah satu band yang menjaga eksistensi ska di era 2000-an hingga kini.
- Band komunitas – kekuatan mereka bukan pada label besar, melainkan jaringan komunitas musik alternatif.
- Penjaga identitas genre – meski menghadapi arus pop, mereka tetap konsisten dengan ska dan reggae tradisional.
- Pelaku tur regional – keberanian tampil di Asia Tenggara menegaskan kemampuan mereka menembus batas lokal.
Don Lego adalah contoh nyata band independen Indonesia yang konsisten menjaga idealisme. Meski menghadapi keterbatasan pasar, pergantian personel, dan minim dukungan industri mainstream, mereka tetap eksis lebih dari satu dekade.
Keberhasilan mereka bukan hanya diukur dari jumlah album atau popularitas massal, tetapi dari kontribusi menjaga keberagaman musik Indonesia, membangun komunitas setia, dan membawa musik ska/reggae Indonesia ke panggung internasional.
Dalam konteks sejarah musik Indonesia, Don Lego layak dikenang sebagai salah satu nama yang menjaga agar suara ska dan rock steady tetap hidup di tengah arus besar industri hiburan.