Kembali ke Layar Lebar dengan Napas Sejarah dan Perempuan Kuat
Sutradara kenamaan Indonesia, Angga Dwimas Sasongko, resmi mengumumkan proyek film terbarunya yang berjudul “Queen of Malacca” atau “Ratu Malaka”. Film ini disebut akan membawa penonton ke era sejarah yang penuh intrik, kekuasaan, dan perlawanan—dengan tokoh utama seorang perempuan tangguh dari masa kejayaan Kesultanan Malaka.
Pengumuman tersebut disampaikan lewat akun media sosial Angga dan Visinema Pictures, lengkap dengan visual teaser bertema laut, pelabuhan kuno, dan siluet seorang perempuan yang berdiri di atas geladak kapal.
Sinema Sejarah, Tapi Tidak Konvensional
Meski belum banyak detail yang dibocorkan, Angga menyebut bahwa Ratu Malaka akan menjadi film sejarah yang tidak hanya fokus pada peristiwa, tapi juga psikologi karakter dan dinamika gender di masa lalu. Ia ingin menghadirkan sudut pandang perempuan dalam narasi besar sejarah, yang selama ini sering terpinggirkan.
“Ini bukan sekadar cerita tentang kerajaan atau penaklukan, tapi tentang keberanian perempuan dalam mengukir takdirnya sendiri di tengah dominasi kekuasaan,” tulis Angga dalam pengumuman resminya.

Mengangkat Sosok Fiksi Historis Berdasar Penelitian
Menurut tim penulis, karakter Ratu Malaka merupakan hasil riset panjang dan inspirasi dari berbagai catatan sejarah, mitos lokal, serta interpretasi fiksi kreatif. Ia bukan tokoh sejarah yang bisa dilacak satu nama pasti, tapi gabungan dari berbagai figur perempuan kuat di wilayah Asia Tenggara pada abad ke-15 hingga ke-16.
Pendekatan ini diambil untuk menciptakan ruang naratif yang lebih leluasa, sekaligus membuka pintu bagi imajinasi visual dan dramaturgi yang kaya.
Produksi Skala Besar, Lokasi Syuting Lintas Negara
Ratu Malaka akan menjadi salah satu produksi paling ambisius Visinema hingga saat ini. Proses syuting direncanakan berlangsung di beberapa lokasi historis di Indonesia seperti Sumatera Barat, Banten, dan juga melibatkan kerja sama produksi lintas negara di Malaysia dan Thailand.
Proyek ini akan menggunakan desain produksi kelas atas, kostum era klasik, serta melibatkan koreografi aksi laut dan pertarungan skala besar. Visual teaser awal sudah menunjukkan tone yang sinematik dengan warna bumi, bayangan api, dan latar kapal dagang masa lampau.
Perempuan di Pusat Cerita
Yang paling menarik dari pengumuman ini adalah fokus utamanya pada karakter perempuan. Di tengah tren global yang semakin mengangkat representasi tokoh perempuan dalam film sejarah—seperti The Woman King atau Jeanne du Barry—Ratu Malaka hadir sebagai versi Asia Tenggara yang tidak kalah berani.
Nama pemeran utama belum diumumkan, tapi kabarnya akan melibatkan aktris Indonesia yang dikenal karena kapabilitas dramatis dan karisma kuat. Spekulasi pun bermunculan, dari Putri Marino hingga Dian Sastrowardoyo.
Sejarah, Perlawanan, dan Imajinasi Layar Lebar
Dengan Ratu Malaka, Angga Dwimas Sasongko kembali menawarkan film yang memadukan sejarah, visi visual, dan narasi sosial—kali ini lewat kisah fiksi sejarah yang digerakkan oleh tokoh perempuan. Film ini digadang-gadang akan tayang di bioskop pada akhir 2025 dengan kemungkinan masuk ke festival internasional.
Apakah ini akan menjadi mahakarya sejarah layar lebar Indonesia berikutnya? Kita tunggu jawabannya di layar lebar.