Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat, sementara cadangan energi fosil seperti minyak dan gas bumi semakin menipis. Di tengah tantangan ini, teknologi energi terbarukan menjadi solusi yang tak terelakkan. Salah satu inovasi yang berkembang pesat di tingkat desa adalah Biogas Desa Mandiri, yaitu program pengolahan limbah organik, khususnya kotoran ternak, menjadi gas metana yang dapat digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga dan sumber energi produktif.
Biogas Desa Mandiri bukan sekadar proyek teknologi, tetapi juga sebuah gerakan menuju kemandirian energi, pengurangan emisi karbon, dan peningkatan ekonomi masyarakat pedesaan.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3295831/original/011555400_1605278048-Biogas_3.jpg)
Konsep dan Mekanisme Kerja
Biogas dihasilkan melalui proses fermentasi anaerob, yaitu penguraian bahan organik oleh bakteri tanpa kehadiran oksigen. Dalam konteks desa, bahan baku biasanya berasal dari:
Kotoran sapi, kambing, atau babi.
Limbah dapur dan sisa makanan.
Limbah pertanian seperti jerami.
Proses pembuatan biogas meliputi:
Pengumpulan bahan baku → Kotoran ternak segar dikumpulkan di bak penampungan.
Fermentasi dalam digester → Bakteri menguraikan bahan organik, menghasilkan campuran gas metana (CH₄) dan karbon dioksida (CO₂).
Penyaluran gas → Gas metana disalurkan melalui pipa ke kompor atau peralatan lain.
Pemanfaatan residu → Sisa padatan (slurry) digunakan sebagai pupuk organik kaya nutrisi.
Rata-rata, 1 ekor sapi dewasa dapat menghasilkan kotoran yang cukup untuk memasak 3 kali sehari bagi satu keluarga.
Manfaat Biogas Desa Mandiri
Energi Bersih dan Murah: Biogas menggantikan LPG, minyak tanah, atau kayu bakar. Selain lebih murah, biogas menghasilkan pembakaran yang lebih bersih tanpa asap berbahaya.
Pengelolaan Limbah: Dengan memanfaatkan kotoran ternak, pencemaran lingkungan akibat limbah peternakan berkurang signifikan, sekaligus mengurangi bau tak sedap di sekitar kandang.
Pupuk Organik Bernilai Ekonomi: Residu fermentasi dapat dijual sebagai pupuk organik cair atau padat. Kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium yang tinggi sangat bermanfaat untuk pertanian.
Peningkatan Ekonomi Keluarga: Menurut studi Asian Development Bank (2020), penggunaan biogas rumah tangga mampu menghemat 50–70% biaya energi dapur setiap bulannya.
Kontribusi pada Penurunan Emisi: Gas metana dari kotoran ternak adalah salah satu penyumbang gas rumah kaca terbesar. Dengan memanfaatkannya sebagai energi, emisi metana bisa ditekan hingga 60%.
Fakta Lapangan
Program Desa Mandiri Energi di Gunungkidul (UGM, 2017) berhasil membangun 25 instalasi biogas rumah tangga yang kini mandiri energi.
Biaya pembangunan instalasi rumah tangga berkisar Rp6–10 juta dengan umur pakai 10–15 tahun.
Desa Limbangan, Kendal mengelola instalasi biogas komunal untuk 10 rumah tangga dari 12 ekor sapi, menghemat ±Rp500 ribu per rumah tangga per bulan.
Kementerian ESDM (2022) mencatat lebih dari 1.200 instalasi biogas telah dibangun di desa-desa Indonesia, sebagian besar berbasis swadaya masyarakat dan bantuan pemerintah.
Meski memiliki banyak manfaat, Biogas Desa Mandiri menghadapi beberapa kendala:
Modal Awal – Investasi awal pembuatan digester cukup besar untuk skala rumah tangga.
Pemeliharaan Teknis – Diperlukan keterampilan dasar untuk perawatan rutin, seperti membersihkan pipa dan memastikan tekanan gas stabil.
Kesadaran dan Budaya – Tidak semua masyarakat mau mengelola limbah ternak sebagai sumber energi karena faktor kebiasaan dan stigma.
Skalabilitas – Banyak desa yang memiliki potensi bahan baku besar, namun belum memiliki akses pada teknologi dan pembiayaan.
Dukungan Pemerintah dan Pihak Swasta
Program biogas telah masuk dalam agenda Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebagai bagian dari target 23% bauran energi terbarukan pada 2025.
Beberapa bentuk dukungan:
Kementerian ESDM menyediakan bantuan alat dan pelatihan.
Bank BRI dan Bank Mandiri membuka akses kredit mikro untuk pembuatan instalasi biogas.
NGO lingkungan seperti Hivos dan Rumah Energi Indonesia menjalankan program pendampingan teknologi biogas di berbagai provinsi.
Potensi pengembangan Biogas Desa Mandiri di Indonesia sangat besar, mengingat:Populasi sapi per 2024 mencapai ±18 juta ekor (BPS).
60% desa di Indonesia memiliki aktivitas peternakan.
Harga LPG terus meningkat, sehingga biogas menjadi alternatif ekonomis.Jika 30% desa peternakan menerapkan biogas, diperkirakan:Indonesia dapat menghemat ratusan miliar rupiah per tahun dalam impor LPG.
Puluhan juta ton emisi CO₂e dapat ditekan.
Desa dapat mencapai kemandirian energi sekaligus membuka peluang bisnis pupuk organik.
Biogas Desa Mandiri adalah bukti bahwa solusi energi terbarukan tidak selalu harus berasal dari teknologi mahal dan impor. Dengan memanfaatkan potensi lokal—limbah ternak dan semangat gotong royong—desa-desa di Indonesia dapat menghasilkan energi bersih, menghemat biaya rumah tangga, dan berkontribusi pada pengurangan emisi global.
Keberhasilan program ini memerlukan kombinasi teknologi tepat guna, pendanaan terjangkau, pelatihan masyarakat, dan dukungan kebijakan pemerintah. Jika semua unsur ini terpenuhi, Biogas Desa Mandiri bukan hanya menjadi proyek energi, tetapi gerakan nasional menuju Indonesia yang mandiri energi dan ramah lingkungan.
baca juga : Lebih Dekat Mengenal Bonek PersebayaSurabaya
baca juga : Membiasakan Disiplin Buang Sampah pada Anak
baca juga : Pengangguran Banyak Orang Stres Meningkat!