Demianus, Sosok Inspiratif dari Papua yang Dijuluki Manusia Pembalut

Misi Kemanusiaan yang Dimulai dari Hal Sederhana

Dikenal dengan julukan “Manusia Pembalut”, Demianus Ijie bukanlah aktivis biasa. Ia adalah pemuda asal Papua yang dengan penuh dedikasi memperjuangkan akses kesehatan menstruasi untuk perempuan di wilayah pedalaman Papua—sebuah isu yang sering kali diabaikan, bahkan dianggap tabu.

Berawal dari pengalamannya sebagai relawan di pelosok Papua, Demianus menyaksikan langsung bagaimana minimnya edukasi menstruasi dan akses pembalut bersih membuat banyak perempuan muda terpaksa menggunakan kain bekas, dedaunan, hingga terpaksa absen dari sekolah saat menstruasi datang.


Dari Aksi Kecil Menjadi Gerakan Sosial

Alih-alih menutup mata, Demianus bergerak. Ia mulai dengan membeli dan membagikan pembalut sendiri ke sekolah-sekolah dan kampung-kampung yang ia kunjungi. Tak hanya membagikan, ia juga memberi edukasi tentang kebersihan haid, pemahaman tubuh, dan pentingnya kesehatan reproduksi.

Tindakannya yang konsisten ini membuatnya dijuluki “Manusia Pembalut” oleh warga sekitar. Meski awalnya sempat mendapat ejekan dan dianggap aneh karena laki-laki membicarakan menstruasi, Demianus tetap melangkah.

“Menstruasi bukan urusan perempuan saja, ini urusan semua manusia. Kalau kita diam, yang rugi bukan cuma mereka—tapi kita semua,” ujarnya dalam sebuah wawancara.


Tantangan: Stigma, Biaya, dan Medan Berat

Perjalanan Demianus tidak mudah. Selain harus menghadapi stigma sosial soal topik menstruasi yang masih dianggap tabu di banyak komunitas, ia juga harus menghadapi akses geografis yang sulit, biaya pribadi yang terbatas, dan kurangnya dukungan institusional di awal perjuangannya.

Namun hal itu tidak menghentikannya. Bahkan kini, ia mulai menggandeng relawan muda lainnya, termasuk remaja putri Papua yang diberdayakan menjadi duta edukasi menstruasi di sekolah-sekolah lokal.


Membangun Akses Menstruasi Berkelanjutan

Kini, gerakan yang dimulai Demianus telah berkembang menjadi inisiatif yang lebih terstruktur. Ia menggagas program pelatihan membuat pembalut kain ramah lingkungan, serta membuka diskusi publik soal pentingnya kesetaraan akses kebersihan menstruasi sebagai bagian dari hak asasi manusia.

Lewat pendekatan yang terbuka, partisipatif, dan penuh empati, Demianus perlahan mengubah cara pandang banyak orang terhadap isu ini—bukan sebagai hal memalukan, tapi bagian dari martabat manusia yang harus dijaga.


Dari Papua untuk Indonesia

Kisah Demianus adalah bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari satu langkah kecil, satu keberanian untuk berbicara tentang hal yang dianggap tabu, dan satu hati yang peduli pada sesama.

Julukan “Manusia Pembalut” yang dulu mungkin terdengar nyeleneh, kini justru menjadi simbol perjuangan yang membanggakan. Karena dari tangan seorang pemuda Papua, ratusan perempuan kini bisa menjalani hidup dengan lebih sehat, lebih tahu, dan lebih percaya diri.

loopersc.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *