Perkembangan teknologi telah membuka jalan bagi bentuk kesenian baru yang memadukan inovasi dengan estetika. Salah satu fenomena paling menonjol dalam dekade terakhir adalah pertunjukan drone atau drone light show. Seni ini memanfaatkan ratusan bahkan ribuan drone kecil yang dilengkapi lampu LED berwarna untuk menciptakan pola, teks, hingga animasi bergerak di langit malam. Pertunjukan drone kini dianggap sebagai alternatif modern bagi kembang api, sekaligus simbol transisi menuju seni pertunjukan yang lebih ramah lingkungan dan interaktif.
Awal Mula Pertunjukan drone pertama kali dipopulerkan oleh perusahaan teknologi Intel pada 2015. Dengan proyek “Shooting Star Drones”, Intel menggunakan 100 drone kecil untuk menampilkan cahaya berwarna-warni yang dikendalikan oleh satu komputer pusat. Pertunjukan ini segera menarik perhatian dunia karena mampu menciptakan visual yang tidak mungkin dicapai dengan kembang api.
Pada 2018, Intel memecahkan rekor dunia di Olimpiade Musim Dingin PyeongChang, Korea Selatan, dengan 1.218 drone yang membentuk snowboarder raksasa di udara. Sejak saat itu, Tiongkok, Jepang, hingga Uni Emirat Arab mulai mengembangkan pertunjukan drone berskala besar, menjadikannya atraksi utama di acara internasional.
Seni dalam Pertunjukan Meski berbasis teknologi, pertunjukan drone tetap mengandung nilai seni yang kuat. Ada beberapa aspek yang menjadikannya sebuah karya artistik:
Koreografi Visual
Drone diprogram membentuk pola yang bercerita, misalnya naga, burung merpati, atau simbol negara. Koreografi ini dirancang layaknya tarian cahaya di udara.
Narasi dan Simbolisme
Banyak pertunjukan menggunakan alur cerita, misalnya transformasi bendera menjadi simbol perdamaian. Hal ini menjadikan drone show sebagai media komunikasi visual.
Musik dan Suara
Cahaya yang ditampilkan sering kali sinkron dengan musik orkestra, lagu populer, atau narasi, sehingga pengalaman penonton lebih emosional.
Estetika Ruang Publik
Langit malam menjadi kanvas digital tiga dimensi. Di sinilah seni dan sains berpadu, menciptakan karya berskala monumental.
Teknologi di Balik Pertunjukan Pertunjukan drone tidak mungkin terwujud tanpa kombinasi perangkat keras dan lunak canggih. Drone Mini: Berat sekitar 300–500 gram, dilengkapi GPS, sensor giroskop, dan lampu LED RGB yang mampu menghasilkan jutaan warna.
Baterai: Mampu terbang 12–20 menit, batas waktu yang menjadi tantangan utama.
Software Koreografi: Seniman visual merancang animasi 3D yang kemudian diterjemahkan menjadi jalur terbang tiap drone.
Algoritma Sinkronisasi: Memastikan ribuan drone bergerak tanpa tabrakan.
Keamanan: Sistem geofencing dan failsafe memastikan drone berhenti di batas aman atau mendarat perlahan jika terjadi masalah sinyal.
Tahapan Produksi pelaksanaan acara : Perancangan Konsep – tim seniman dan desainer menyusun storyboard, menentukan simbol, urutan, dan pesan yang ingin disampaikan.
Simulasi 3D – pola cahaya diuji dalam software untuk memastikan transisi mulus.
Pemrograman Jalur Terbang – setiap drone memiliki koordinat dan rute sendiri.
Uji Coba – dilakukan dengan jumlah terbatas sebelum pertunjukan penuh.
Eksekusi Pertunjukan – biasanya malam hari, dengan sinkronisasi musik dan cahaya.
salah satu Pertunjukan Terkenal : Olimpiade Tokyo 2020: Ratusan drone membentuk bola dunia bercahaya di langit Tokyo, melambangkan persatuan umat manusia.
Guangzhou, Tiongkok (2018): 1.374 drone mencetak rekor dunia dengan membentuk naga raksasa yang bergerak di angkasa.
Dubai Expo 2020: Pertunjukan drone dikombinasikan dengan air mancur dan musik, menghadirkan atraksi futuristik.
Super Bowl 2017 (AS): Lady Gaga tampil dengan latar 300 drone yang membentuk bendera Amerika Serikat.
Di Indonesia, drone show mulai hadir dalam acara besar, misalnya HUT RI ke-78 tahun 2023 di Istana Negara. Pertunjukan tersebut menampilkan Garuda Pancasila, teks “78 Tahun Indonesia Merdeka”, dan bendera Merah Putih
Keunggulan drone light show Dibanding Kembang Api
Ramah Lingkungan: Tidak menghasilkan asap, suara ledakan, atau sampah.
Fleksibilitas Visual: Bisa menampilkan logo, teks, hingga animasi kompleks.
Durasi Lebih Panjang: 12–20 menit, jauh lebih lama dari kembang api.
Keamanan Lebih Tinggi: Risiko kebakaran rendah karena tidak ada bahan peledak.
Reusable: Drone dapat digunakan kembali, tidak sekali pakai.
Meski menakjubkan, pertunjukan drone menghadapi beberapa kendala:
Biaya Tinggi: Harga 1 drone khusus bisa Rp 20–35 juta, sehingga 500–1000 unit membutuhkan investasi miliaran rupiah.
Keterbatasan Baterai: Maksimal 20 menit.
Kondisi Cuaca: Hujan atau angin kencang dapat membatalkan pertunjukan.
Regulasi Penerbangan: Harus mendapat izin dari otoritas penerbangan karena melibatkan area udara terbuka. dan biaya pelaksanan acara drone light show cukup besar.
Berdasarkan standar internasional:
1000 drone: Rp 8–12 miliar
100 drone: Rp 800 juta – Rp 1,2 miliar
500 drone: Rp 3–5 miliar
Biaya mencakup sewa drone, tim teknis, software, koreografi, izin penerbangan, serta asuransi

Ke depan, seni pertunjukan drone diprediksi akan semakin canggih. Penggabungan dengan AR/VR memungkinkan penonton melihat lapisan visual tambahan melalui kacamata khusus. Interaktivitas juga akan menjadi tren, di mana penonton bisa memengaruhi pola drone melalui aplikasi ponsel. Selain itu, kolaborasi dengan seni tradisi dapat memperlihatkan motif batik, wayang, atau kisah epik Nusantara dalam skala langit.
Kesenian pertunjukan drone adalah simbol era baru di mana seni dan teknologi berpadu menciptakan pengalaman kolektif yang memukau. Ia tidak hanya menjadi hiburan spektakuler, tetapi juga media komunikasi visual yang mampu menyampaikan pesan kebangsaan, promosi komersial, hingga ekspresi budaya. Dengan keunggulannya yang ramah lingkungan, fleksibel, dan aman, pertunjukan drone berpotensi menggantikan kembang api sebagai standar baru seni pertunjukan publik di abad ke-21.
baca juga : lebih dekat K-Conk Mania Suporter Madura
baca juga : Mengenal dekat brigata curva sud sleman
baca juga : Lebih Dekat Mengenal Bonek PersebayaSurabaya
