Grup Facebook Fantasi Sedarah Picu Keresahan Publik karena Wadah Perilaku Menyimpang

Dunia Maya Geger, Netizen Soroti Praktik Tak Bermoral

Sebuah grup Facebook dengan nama “Fantasi Sedarah” belakangan ini membuat heboh dunia maya. Grup tersebut diduga menjadi ruang diskusi yang mewadahi perilaku menyimpang berupa glorifikasi inses atau hubungan sedarah. Keberadaan grup ini menimbulkan keresahan besar di kalangan netizen Indonesia dan memicu diskusi serius soal moderasi konten dan batas etika di platform digital.

Banyak pengguna Twitter dan Instagram membagikan tangkapan layar dari postingan dan komentar dalam grup tersebut yang berisi narasi vulgar, manipulatif, bahkan menjurus ke eksploitasi seksual dalam lingkup keluarga. Netizen ramai-ramai mengecam dan meminta agar grup ini segera ditutup oleh pihak Facebook.

Kritik Terhadap Platform dan Moderasi Lemah

Keresahan ini diperparah dengan lambannya respon dari pihak Meta/Facebook dalam menindak grup serupa. Banyak yang mempertanyakan bagaimana grup seperti ini bisa lolos dari sistem moderasi otomatis dan manual. Padahal, algoritma platform seharusnya mampu mendeteksi kata-kata sensitif dan mengandung potensi pelanggaran berat.

Beberapa aktivis digital dan pakar etika menyebut bahwa kasus ini menunjukkan kegagalan sistemik dalam mengelola ruang digital yang aman. Tidak sedikit yang membandingkan bagaimana konten edukatif sering kali kena sensor otomatis, tapi grup dengan konten menyimpang justru lolos dan bisa berkembang secara tertutup.

Desakan Pemblokiran dan Investigasi

Gelombang kecaman dari netizen berubah menjadi gerakan kolektif. Tagar seperti #TutupFantasiSedarah dan #FacebookBertanggungJawab ramai digunakan. Banyak pengguna juga melaporkan grup tersebut secara massal dan menyerukan investigasi lebih lanjut kepada pihak kepolisian dan Kementerian Kominfo.

Beberapa warganet juga menyoroti kemungkinan bahwa grup tersebut bukan sekadar ruang fiksi atau diskusi, tapi bisa menjadi pintu masuk bagi praktik ilegal yang membahayakan anak-anak dan keluarga. Ini bukan cuma soal opini, tapi soal ancaman nyata terhadap nilai sosial dan hukum di Indonesia.

Cermin Gelap Media Sosial yang Minim Pengawasan

Kasus ini kembali menegaskan sisi gelap media sosial sebagai ruang yang bisa digunakan untuk menyebarkan konten menyimpang jika tidak diawasi dengan ketat. Grup-grup tertutup yang berisi fantasi menyimpang bisa tumbuh tanpa pengawasan sampai akhirnya terungkap oleh publik.

Kondisi ini juga mengingatkan masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya literasi digital, pelaporan kolektif, serta tekanan terhadap platform global agar tidak abai terhadap konten berbahaya. Media sosial bukan hanya ruang hiburan, tapi juga arena ideologi—baik yang membangun, maupun yang merusak.

Masyarakat kini menunggu langkah konkret dari pihak Facebook, regulator, dan penegak hukum untuk menindak tegas keberadaan grup seperti “Fantasi Sedarah” agar tidak berkembang lebih jauh dan membahayakan generasi digital berikutnya.


loopersc.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *