Dari Tradisi Jepang ke Gelas Kekinian
Di tengah kondisi ekonomi yang tak pasti dan kenaikan harga kebutuhan pokok, muncul satu fenomena menarik di dunia gaya hidup: matcha. Minuman yang dulunya dianggap eksotis dan hanya tersedia di kafe tertentu, kini menjadi simbol “kemewahan yang bisa diakses semua orang.” Dari gerai waralaba, kedai kecil, hingga coffee shop artisan, matcha hadir dalam berbagai bentuk: latte, mocktail, boba, bahkan gelato.
Padahal, jika dilihat dari harga bahan bakunya—serbuk teh hijau murni yang berasal dari Jepang—matcha tetap bukan barang murah. Namun justru itu yang menjadikannya menarik: ia membawa aura premium, tapi disajikan dengan cara yang terasa relatable dan Instagrammable.
Simbol Kesehatan, Estetika, dan Pilihan ‘Naik Kelas’
Popularitas matcha tidak lepas dari perpaduan makna simbolik yang ia bawa. Ia dianggap lebih sehat daripada kopi, memiliki nilai estetika visual lewat warna hijaunya yang khas, dan sering dikaitkan dengan gaya hidup mindful dan modern.

Banyak orang memilih matcha bukan hanya karena rasa, tapi juga karena pesan yang ia tampilkan. Di tengah tekanan ekonomi dan inflasi, memilih segelas iced matcha latte seolah menjadi bentuk self-reward ringan yang tetap terasa berkelas—tanpa harus menguras dompet seperti belanja luxury item.
Strategi Brand dan Budaya Konsumsi Baru
Brand-brand lokal dan global menangkap tren ini dengan cermat. Mereka mengemas matcha dalam varian kreatif seperti dirty matcha, matcha-espresso fusion, atau smoothie matcha dengan topping superfood. Bahkan kini, banyak tempat menyertakan narasi kesehatan, kultur Jepang, dan bahan organik dalam promosi mereka untuk menambah nilai emosional pada tiap gelas matcha.
Kondisi ini menciptakan semacam budaya konsumsi baru: luxury dalam skala kecil dan harian. Alih-alih membeli barang mahal yang jauh dari jangkauan, banyak orang kini memilih hal-hal kecil seperti minuman yang menciptakan sensasi “merasa mampu”, “merasa merawat diri”, dan tetap bisa merayakan hidup.
Matcha Adalah Fenomena Sosial
Di balik rasa earthy dan aftertaste yang sedikit pahit, matcha adalah refleksi dari bagaimana masyarakat urban menghadapi tekanan zaman. Ia bukan hanya minuman, tapi pernyataan gaya hidup. Dalam dunia yang dipenuhi dengan ketidakpastian, matcha jadi oasis kecil yang menenangkan—dan yang paling penting, bisa dibeli siapa saja.
Mungkin inilah bentuk kemewahan baru: bukan soal harga tinggi atau eksklusivitas, tapi tentang aksesibilitas yang tetap punya aura spesial.