Simbol Baru, Tapi Banyak yang Bertanya
Sebuah patung rajawali raksasa baru saja diresmikan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Patung yang dibangun di kawasan ruang terbuka publik itu langsung mencuri perhatian warganet setelah diketahui bahwa proyek tersebut menghabiskan anggaran sebesar Rp180 juta dari APBD.
Meskipun digadang-gadang sebagai ikon baru kebanggaan daerah, tak sedikit warga dan netizen yang mempertanyakan urgensi dan transparansi dari pembangunan patung ini—terutama di tengah sorotan soal prioritas infrastruktur dan pelayanan publik.
Simbolisme Rajawali: Gagah, Tapi Perlu Konteks?
Menurut keterangan dari pihak pemerintah daerah, rajawali dipilih sebagai simbol semangat, visi jauh ke depan, dan kekuatan. Patung tersebut didesain untuk menjadi landmark baru yang bisa menarik perhatian warga maupun wisatawan lokal.
Namun beberapa warga lokal menyebut bahwa ikon rajawali terasa kurang relevan secara kultural, mengingat Indramayu memiliki kekayaan sejarah dan tradisi yang lebih khas seperti topeng Dermayonan, pertanian, dan budaya pesisir.
“Kenapa bukan simbol petani atau nelayan saja? Itu lebih dekat sama kehidupan kami,” tulis salah satu komentar warga di media sosial.
Reaksi Warganet: Antara Bingung dan Satir
Tak butuh waktu lama, tagar #PatungRajawali sempat ramai dibicarakan di Twitter dan TikTok. Banyak yang mempertanyakan peruntukan dana yang dianggap cukup besar untuk satu patung. Beberapa akun bahkan membandingkan patung tersebut dengan proyek serupa di daerah lain yang memiliki nilai lebih rendah tapi kualitas lebih baik.

“Rp180 juta tapi bentuknya begitu. Gak ada transparansi detail bahan, proses, atau nilai estetiknya,” tulis salah satu pengguna.
Ada pula yang menyindir proyek ini sebagai “pemanasan menjelang tahun politik”, di mana simbol-simbol visual dijadikan alat pencitraan yang mudah dikenang, meski substansinya dipertanyakan.
Tanggapan Pemda: Proyek Sudah Sesuai Mekanisme
Menanggapi kritik publik, pihak Dinas terkait menyatakan bahwa proyek ini telah melalui proses perencanaan dan lelang sesuai aturan yang berlaku. Anggaran disebut mencakup desain, bahan, pengerjaan struktur pondasi, dan proses instalasi.
Namun mereka juga menyampaikan terbuka terhadap kritik dan akan mempertimbangkan pendekatan yang lebih partisipatif di proyek-proyek visual publik berikutnya.
Antara Representasi dan Prioritas
Patung rajawali di Indramayu kini sudah berdiri kokoh, tapi polemiknya belum surut. Di satu sisi, inisiatif visualisasi ruang publik memang penting untuk membangun identitas daerah. Tapi di sisi lain, representasi harus selaras dengan nilai, kebutuhan, dan suara masyarakat lokal.
Mungkin pertanyaannya bukan “boleh atau tidak bikin patung”, tapi “kenapa patung itu, kenapa sekarang, dan kenapa segitu?”